TAK ADA SUMUR MENCARI
TIMBA, NAMUN TIMBALAH YANG MENCARI SUMUR
Ungkapan yang
begitu indah dan bermakna tinggi menurut saya. dalam pemaknaan peribahasa di
atas sebenarnya terdapat makna yang luas, namun saya ingin mengungkap
peribahasa diatas dari latar belakang sampainya peribahasa tersebut ke saya,
yaitu tiada guru yang mencari murid, tapi muridlah yang mencari guru.
guru adalah mereka yang mengajari kita tentag hal baru, guru adalah mereka
yang menuntun kita dalam kebaikan, guru adalah mereka yang meluruskan kita saat kita salah, guru adalah
mereka yang memberi tauladan kepada kita, guru adalah mereka yang membimbing
kita dalam perjalanan hidup, tak sepatutnya guru mencari murid, "tapi
muridlah yang harus mencari
gurunya" begitulah ucap ustadz Yardho di suatu tempat kajian. memang
benar, sebagai seorang guru maka haruslah ia memiliki sebuah kewibawaan dan
suri tauladan bagi murid-muridnya, apabila si murid melakukan kesalahan maka ia
harus mampu meluruskannya.
"tapi muridlah yang harus mencari guru". seorang yang ingin
menjadi murid ia harus mencari siapa yang cocok untuk menjadi gurunya, dalam
kitab ta'lim al- muta'alim disebutkan dalam melakukan belajar seorang murid
dianjurkan untuk memilih guru yang menurutnya cocok untuk menjadi gurunya. hal
ini dikarenakan dalam pembelajaran, biasanya ada murid yang tidak cocok dengan
seorang guru, dan akibatnya saat proses pembelajaran pun si murid lebih tidak
menghargai ilmu yang disampaikan oleh sang guru dan terkadang timbul kebosanan
pada dirinya, dan akhirnya si murid tidak mendapatkan apa-apa dari
pembelajaranya tersebut.
Disinilah peran guru mulai tergoyahkan, ada kalanya guru merasa tak
dihargai oleh muridnya, dan akhirnya kemarahan akan muncul secara tiba-tiba.
seharusnya seorang guru sendiri lebih mampu mengimbangi sang murid, karena
murid yang diajar memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada kalanya ada
murid yang serius dengan sikap diamnya, ada pula seorang murid yang konsentrasi
dengan keceriaanya, ada kalanya seorang murid yang mempunyai sifat pemalu dan
terkadang tidak mempunyai kepercayaan diri, dan ada kala seorang murid karena
saking senangnya dengan si guru, ia membuat kegaduhan demi mendapatkan
perhatian guru. hal ini mungkin masih menjadi survei sebagian guru di
Indonesia, karenanya pendidikan diIndonesia banyak yang asal-asalan. sebagai
seorang guru juga harus bisa menjadi tauladan bagi sang murid, karena ia
merupakan figur utama di dalam pembelajaran. jika ia melakukan seauatu pasti
ada saja murid yang menirunya, walaupun terkadang itu secara tidak langsung,
namun suatu saat jika si murid kelak menjadi guru secara sadar maupun tidak
sadar akan muncul pada sikap si.murid tersebut.
seharusnya seorang guru juga memberikan pendidikan akhlak, secara teoritis
maupun praktis, jangan sampai seorang guru berbuat yang tidak baik lebih-lebih
di depan para muridnya. dan hal inipun sangat berhubungan dengan diutusnya nabi
kita Muhammad Saw, yang tak lain hanya untuk menyempurnakan akhlak. akhlak
seseorang tidak hanya terfokus pada apa yang terlihat saja, maksudnya bukan
hanya sejauh mana ia bergaul dengan lingkungan. namun juga ada kalanya akhlak
yang terdapat dalam hati seseorang, karena sering bermunculan seseorang yang
mempunyai tinglah laku baik, ternyata di dalamnya terdapat kebusukan. maka dari
itu seorang guru juga tidak hanya mengajarkan akhlak secara dhohir saja namun
juga secara batin. misal, seorang guru harus menata segala yang keluar dari
pembicaraanya, jangan sampai menyinggung seorang muridpun. dalam menunjuk murid
untuk di beri tugas, seperti menjadi ketua kelas, ini juga harus
dipertimbangkan, karena sering terjadi seorang guru menunjuk seorang murid yang
sebenarnya tidak ingin menjadi.ketua, namun disisi lain ada murid lain yang
juga ingin menjadi ketua, dan dengan rasa inginya ini ia mampu berkomitmen
dalam tugasnya. akibatnya, sering terjadi saling kritik kepada ketua kelas dan
terjadi perselisihan kemudian kelas pun menjadi tidak seimbang.
akhlak saling menghargai juga harus ditanamkan oleh seorang guru,
menghargai sesama, menghargai tempat dan yang lebih lagi ialah menghargai
waktu, sering kali murid dirasuki oleh kebosanan dalam pembelajaran dikarenakan
waktu, seperti seringya seorang guru telat masuk, hal ini menjadi sebuah pokok
pembicaraan sang murid. dengan ketidakkonsistenan guru dengan waktu,
mengakibatkan sang murid pun merasa jenuh. dan tak jarang ada murid yang
mengkritik, "kalau murid telat dihukum, kenapa kalau guru telat tidak
dihukum?" ucap murid yang merasa jenuh dengan keadaan tersebut. dalam hal
ini seharusnha seorang guru harus lebih bisa mengatur waktunya, karena kalau
seorang guru saja tidak bisa mengatur waktu, bagaimana bisa ia mengajari
mengatur waktu kepada muridnya?, pertanyaan ini begitu sering terlintas dibenak
kita walau tak pernah terucap secara nyata. dan satu kunci untuk menjadi guru
yang sukses dalam mendidik muridnya, yaitu, seorang guru harus memiliki sifat
saba dalam menyampaikan materi, entah mereka paham atau tidak harus tetap
sabar. karena tak semua murid memiliki kecerdasan di atas rata-rata, sebagai contoh,
saya nukilkan sebuah kisah dari pengalaman mengajar imam Asy-Syafi'i. berikut
kisahnya;
Menghadapi Murid Yang Bodoh
______________________________________
Diceritakan dalam kitab Thobaqotus Syafi'iyyah bahwa Ar Robī' bin Sulaiman ra. itu termasuk santri yang lelet
alias susah paham, maka kadang pernah gurunya, yaitu Imam Asy Syafi'i ra.,
harus mengulangi satu masalah sampai 40 kali, itupun masih belum juga paham,
lalu dia pun meninggalkan majlis itu karena merasa malu. Kemudian Sang Guru memanggilnya dan mem-privat beliau pelajaran tadi
hingga paham. Imam Asy Syafi'i berkata : "Hai Robi', seandainya aku bisa
memberimu ilmu semudah menyuapkan makanan, niscaya sudah aku lakukan."
Diriwayatkan
Imam Al Baihaqi dalam Manaqib Asy Syafi'i. Imam Al Ajuri dalam kitabnya,
Akhlakul Ulama, berkata : "Maka seorang guru harus ekstra sabar pada
muridnya yang sulit paham, jangan kasar dan menghinanya sehingga membuat dia
malu untuk belajar. Karena anda tidak tahu mana diantara murid2 itu yang nanti
akan menjadi murid paling berguna bagimu."
Dan benarlah apa yang dikatakan Imam Al Ajuri, Robi' inilah yang menjadi
rowi utama Imam Asy Syafi'i, bahkan menurut ulama, jika ada perbedaan antara
Imam Robi' dan Imam Muzani maka Imam Robi' lah yang dimenangkan.
Timbalah yang harus mecari sumur. istilah ini begitu tepat dipegang oleh
seorang yang hidup di dunia ini, karena Rasul pun juga bersabda " اطلب العلم
من المهد الى اللحد" yang artinya : carilah ilmu dari sejak dalam kandungan
sampai liang lahat. hadits ini mengajarkan kita untuk selalu menjadi seorang
yang tawadhu'. seberapa tua umur kita, seberapa banyak ilmu kita, seberapa
banyak harta kita dan seberapa tinggi jabatan kita, tetap saja kita harus
berasikap tawadhu', kita tetap membutuhkan guru dalam menjalani hidup kita, kita
tetap harus selalu merasa bodoh.
dalam perjalanan menjadi murid begitu banyak batu kerikil yang menyandung
kaki kita, misalnya, tidak menemukan guru yang cocok, sering kali terjadi pada
murid yang baru melakukan pembelajaran. maka dari itu, seorang murid harus
lebih selektif dalam memilih tempat, guru maupun ilmu yang dipelajari. ketiga
syarat tersebut harus bisa terselesaikan oleh seseorang dalam menempuh
pembelajaran. karena ketiga syarat tersebut saling berhubungan dan sangat
mempengaruhi hasil yang kita peroleh kelak. dalam mencari tempat, seorang
pencari ilmu harus juga menyesuaikan dengan keadaanya sendiri. ada kalanya
dengan keadaan tubuh yang mempunyai penyakit, tubuh menjadi tidak cocok dengan
lingkungan dan berakhir sadis, hal ini sering terjadi pada anak yang secara
terpaksa bersekolah (misal di pondok) karena paksaan dari orang tua. kemudian
dalam mencari gurupun harus juga dilakukan, karena seorang pencari ilmu yang
baru pertama (umur remaja) seringkali mengalami kontradiktif dengan gurunya
sendiri, selain dipengaruhi usia yang masih labil, perilaku guru terhadapnya
juga berperan dalam proses pembelajaranya. dan tidak jarang, guru yang tidak
baik menjadi figur nyata dalam ketidak sadaran murid. hal ini seharusnya juga
bisa di gunakan media untuk muhasabah guru.
ilmu yang harus kita pelajari, dalam kitab ta'limul muta'alim disarankan
ialah ilmu hal, yaitu ilmu yang harus kita pelajari sesuai dengan keadaan kita
sekarng, keadan lingkungan kita, kebutuhan bagi diri kita, kebutuhan bagi
kehidupan kita. selain ilmu hal, seseorang juga harus memperdalami satu macam
ilmu setidaknya. agar mampu menjadi sebuah rujukan bila dibutuhkan orang-orang
yang ada di sekitar kita.
dalam hubungan murid dan guru, sebenarnya ini menjadi sebuah hal yang pokok
dalam pembahasan ini. sering kali terjadi hubungan yang tidak harmonis antar
murid dan guru. hal ini bisa terjadi karena si murid yang masih begitu asing
dengan guru sehingga tak mampu menerima dengan baik segala yang ada pada guru.
di samping itu terjadinya miskomunikasi juga merupakan pengaruh besar penyebab
kontradiktif ini, sehingga antar murid dan guru pun tidak saling memahami dan
semakin rengganglah relasi mereka. kemudian bisa juga terjadi sang gurulah yang
tak mampu memahami keadaan murid, karena tentu saja murid berasal dari berbagai
macam latar belakang, sehingga guru pun sulit dalam memahaminya satu persatu.
terkadang murid yang mempunyai latar belakang kurang baik yang menjadi catatan
guru, sehingga ia sangat mempunyai pengaruh besar di kelas. apabila seperti
itu, tentu saja kelas tak akan maju. dengan hadirnya murid seperti itu, guru
akan nampak enggan dalam mendalamkan pemahaman di kelas tersebut.
dilain sisi seringkali murid memberikan kritik-kritik kepada guru, karena
guru yang kurang konsisten, sering telat, kurang dalam mengajar, kurang
memahami murid dan lagi-lagi adanya miskomunikasi. namun setidaknya, sebagai
seorang murid harus selalu mengingatkan guru agar selalu membenahi apa yang
selama pembelajaran kurang, hingga di dapatkanya pembelajaran yang efektif dan
hubungam antara guru dan murid semakin terjaga, dan di kemudian hari si murid
mendapatkan hasil dari pembelajarannya. namun semua itu juga tidak bisa lepas
dari sikap murid terhadap guru. seorang murid yang bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu juga harus memiliki akhlak yang baik terhadap guru (juga terhadap
keluarga dan orang-orang terdekatnya). sikap ta'dhim kepada guru akan menjadi
salah satu jalan yang akan mengantarkan kesuksesan seorang murid. berikut ini
sebuah kisah beberapa tahun lalu, yaitu tentang penyantrian hadrotus syaikh
hasyim as'ari kepada hadrotus syaikh cholil bangkalan, berikut kisahnya.
Kisah KH. Hasyim Asy'ari sewaktu menyantri
di KH. Cholil Bangkalan.
Cerita ini di dapat dari KH. Abd. Mu'thy
Nurhadi (almaghfurlah) dari ayahanda beliau KH. Nurhadi (santri abdi dalem KH.
Hasyim sekaligus tukang pijat)
Banyak yang
mungkin kurang tahu bahwa ke 'aliman, dan jabatan serta kewibawaan yang di
dapat oleh hadrotussyekh KH. Hasyim Asy'ari tak luput dari kebarokahan dan ke
ta'zdim an beliau sewaktu menjadi santri KH. Cholil Bangkalan Madura. KH. Cholil
memang merupakan ulama' yang sangat kharismatik dan bahkan orang2 sangat
percaya bahwa beliau merupakan min jumlatil wali.
Pernah suatu
ketika KH. Cholil di fitnah oleh antek Belanda mencetak uang sendiri. Karena
KH. Cholil memang tidak bekerja, akan tetapi Beliau tak jarang stiap pagi slalu
membagikan sembako dan uang kpd tetangganya, hususnya para janda dan fakir
miskin.
Tak lama kmudian, datang para Belanda untuk
memeriksa KH. Cholil akan tuduhan tsb.
Belanda : apa benar kau tlah mencetak uang
sendiri?
KH. Cholil : benar !
Belanda : (seakan tak percaya) dengan apa
kau buat itu uang?
KH. Cholil : dengan mulut (berzikir) !
Langsung saja kmudian di tangkap dan di
bawa oleh Belanda dan di vonis penjara selama 1 Minggu.
Akan tetapi,
masih 3 hari bliau di penjara, jendral Belanda meminta beliau untuk pulang,
karna banyak pasukan Belanda yang mati karna tdk bisa BAB (kualat kata org
Jawa). Setelah di minta, beliau dgn tegas menolak keluar, karna janji Belanda
menahan beliau selama 1 Minggu dan sudah pamit selama 1minggu. Dan setelah 1
Minggu beliau keluar dgn sendirinya karna para tentara penjajah sudah mati
semua karna kualat tadi. Kala itu Hasyim sebagai santri abdi setiap pagi selalu mengerjakan
tugasnya, mengepel, menyapu, dan bersih2 dalem KH. Cholil.
Tak lama berselang, KH. Cholil sudah sampai
rumah, kemudian langsung masuk kamar. Akan tetapi terdengar suara tangisan (Bu
Ny. Cholil) dari kamar. KH. Cholil pun kaget, setelah di tanya bukan karna di
tahannya KH. Cholil Bu Ny. Cholil menangis, akan tetapi karna cincin
peninggalan dari buyutnya jatuh ke jublang (kakus).
Dan secara
bersamaan tak sengaja terdengar oleh Hasyim Asy'ari karna waktu itu masih
bersih2 dalem. Tanpa pikir panjang dan penuh ke ihlasan setelah mendengar kesedihan
Bu Ny. Cholil, setelah isya' Hasyim langsung terjun ke dalam jublang tadi untuk
demi mencari cincin Bu Ny. Cholil yang jatuh. Atas izin Alloh SWT pada menjelang subuh, akhirnya ketemu juga
cincin yg di maksud. Kemudian dia langsung mensucikan diri, mandi, wudhu dan di susul
ikut berjamaah subuh seperti hari2 biasa. Di pagi hari, seperti
biasa dia melakukan pekerjaan rutin seorang abdi dalem sambil menunggu KH.
Cholil dan Bu Ny. Cholil mios (keluar dari kamar). Setelah bertemu dengan
Yai dan Bu Ny. Cholil, dia menyerahkan cincin tsb ke Bu Ny. Cholil. Bukan main
senangnya Bu Nyai saat itu. Kemudian dia di tanyai Yai
Yai : kamu temukan dimana cincinnya? Siapa
yang nyuruh?
Hasyim : di jublang yai, tdk ada yg menyuruh
Yai : siapa nama ayahmu? Rumahmu di mana?
Hasyim : Asy'ari yai, Jombang yai.
Yai : skrg kamu pulang, dan ngajar, tapi
jgn ngajar di kampung mu.
Hasyim : (tanpa pikir panjang) nggeh yai,
pamit pulang dan menuruti apa yg di perintahkan sang kiai kepadanya.
Tak lama
berselang, KH. Cholil berkunjung ke tempat dmn seorang Hasyim tadi mengajar.
Alangkah senangnya santri yang hanya seorang abdi dalem di kunjungi oleh
gurunya. Kemudian KH. Cholil
berpesan, "ujung sana, sana dan sana, kasihlah batas memakai tebu hitam
dan kasih papan nama pondok yang besar".
Akhirnya
berdirilah sebuah pondok pesantren bernama TEBU IRENG di Jombang. Dan konon
sampai kapan pun, pondok tsb tidak akan pernah bisa luas melebihi batas yg tlah
di tentukan oleh guru dari hadrotussyekh Hasyim yaitu mbah KH. Cholil.
semoga tulisan ini mampu merangsang kesadaran kita dalam menjalani hidup ini. bahwa kita tetap membutuhkan seorang guru dalam menuntun perjalanan kita. dan kita juga harus mampu menjadi guru bagi semua orang
والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته